Sabtu, 09 Agustus 2008

Nadine Candrawinata


180 Menit Sehari demi Rescue Diver

Nadine Chandrawinata Antara Ujian Diving dan Skripsi

Putri Indonesia 2006 Nadine Chandrawinata menanti dua gelar yang sangat diidam-idamkan. Menjadi penyelam profesional dengan sertifikat resmi dan lengkap serta menjadi sarjana. Saat ini, dia sedang menghadapi dua ujian untuk meraih dua predikat itu.

---

Jumat (8/8), Nadine berangkat ke Manado menuju Pantai Bunaken, tepatnya area Pantai Bastianos. Dia pergi ke pantai tersebut untuk berlibur sekaligus menjalani ujian tingkat tiga olahraga diving alias menyelam.

Menurut rencana, selama lima hari Nadine berada di sana. Lalu, dia pulang ke Jakarta dan bersiap-siap merayakan ulang tahun Indonesia. Di Jakarta, anak sulung di antara tiga bersaudara itu akan menyelam dan menancapkan bendera merah putih di kolam ikan hiu, Ancol, pada 17 Agustus nanti.

Nadine sebenarnya sudah mengantongi dua sertifikat, yaitu sertifikat tingkat satu dan dua. Tingkat satu dikenal dengan istilah open water, sedangkan yang kedua merupakan level advance. "Sekarang, aku coba ambil (sertifikat, Red) rescue diver," ucapnya, kepada Jawa Pos.

Mereka saja yang sudah mengantongi rescue diver, lanjut Nadine, sudah bisa menolong orang lain dan peduli terhadap sekitar alam laut. Level pertama dan kedua itu hanya untuk diri sendiri. "Tahap yang lebih tinggi, yang keempat tersebut, adalah dive master," jelas perempuan kelahiran Hannover, Jerman, 8 Mei 1984, itu.

Sebenarnya, tambah dia, untuk memperoleh sertifikat lengkap menyelam, dirinya tidak perlu jauh-jauh ke Sulawesi. Bisa di Jakarta, di sekitar Pulau Seribu. Tapi, Nadine mengincar sertifikat standar internasional. Untuk mendapatkan sertifikat itu, tidak semua tempat menyediakan.

Ujiannya berat juga. Setiap hari, Nadine harus melewati ujian teori dan praktik. Untuk ujian teori, pertanyaannya tidak jauh dari seputar pemahaman menyelam, tindakan pertolongan, dan pengetahuan alam bawah laut. "Nah, setelah itu, giliran praktiknya," imbuh Duta Pariwisata Pulau Wakatobi yang terkenal dengan lautnya yang indah tersebut.

Hasil tes tertulisnya kemudian dikirim ke Australia lewat sebuah lembaga. Selanjutnya, hasil itu dikoreksi apakah layak mendapatkan sertifikat atau tidak. "Aku ingin dapat sertifikat internasional karena ada niat diving di luar negeri, ke Bahamas atau Miami," harap kakak kandung si kembar Marcel dan Mischa Chandrawinata tersebut.

Yang paling melelahkan dari proses ujian adalah tahap praktik. Nadine harus menyelam empat kali sehari. Sekali nyemplung, dia menghabiskan waktu sekitar 45 menit. Totalnya 180 menit. "Sebenarnya, ada tambahan, night dive (menyelam malam, Red). Tapi jarang, keburu capek," terangnya.

Tapi, tutur Nadine, menyelam malam sebenarnya sangat menyenangkan. Meski membutuhkan konsentrasi penuh, alam bawah laut memberikan banyak kejutan. Sebab, binatang-binatang laut yang sulit ditemui pada siang hari ternyata bermunculan ketika malam. "Yang langka muncul. Sudah begitu, bisa lihat ikan kawin, penyu kawin, banyak sekali," ungkap dia yang sudah beberapa kali melakukan night dive tersebut.

Perjuangan mendapatkan sertifikat rescue diver itu jadi pemanasan jelang ujian skripsi. Mahasiswi London School of Public Relations, Jakarta, jurusan public relations tersebut sudah menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh Model Iklan terhadap Citra Produk.

Sepulang dari Manado, skripsi itu segera didaftarkan ke kampus. Dia berharap segera mendapatkan jadwal sidang. "Sudah siap. Aku memang lebih antusias melakukannya daripada ketakutan," ucapnya. Setelah lulus, kelak Nadine bertekad fokus bekerja.

Tidak ada komentar: